Suatu siang, ketika yatim sedang berada di rumah emaknya, datanglah seorang wanita muda yang parasnya cukup cantik. Gadis itu bernama Munaroh. Ia tinggal seekampung dengan Yatim.
"Ka Yatim, maukah engkau membantu ibuku membetulkan genting?" katanya munaroh.
"O, dengan senang hati", jawab Yatim.
"Kalo begitu mari kita pergi ke rumahku sekarang," kata munaroh.
"Baik, tapi aku akan pamit sama emaku dulu ya," sahut Yatim seraya pergi ke dapur.
"Mak, kalo maesaroh datang, katakan aku sedang di rumah Munaroh sedang membetulkan genting."
"Hmmm, baik, tetapi kamu harus hati-hati ya."
Yatim mengangguk pelan. Ia pun segera keluar menemui Munaroh dan pergi bersama-sama ke rumahnya.
"Ada siapa di rumah?" tanya Yatim.
"Tidak ada siapa-siapa," jawab munaroh.
Ketika dua orang itu pergi ke rumah munaroh, tidak jauh di belakang rumah mereka, muncullah tiga orang pemuda yang tiada lain adalah Marwan dan kedua kawannya.
"Ingat, begitu Munaroh keluar kamar sambil mengacak-acak pakaiannya dan berteriak minta tolong, kalian cepat datang dan hajar si Yatim. Lalu katakan sama semua orang kalo Yatim mau berbuat tidak senonoh dengan si Munaroh," kata Marwan.
Ternyata, kedatangan Munaroh ke rumah Yatim adalah bagian dari rencana Marwan. Marwan nerencabakan untuk memfitnah Yatim dengan cara yang sangat licik. Ia menyuruh Munaroh menjebak Yatim di rumahnya. Caranya ketika Yatim sedang berada di rumah Munaroh, gadis itu segera masuk ke kamar. Lalu, ia akan berteriak minta tolong dalam keadaan pakaian acak-acakan. Ketika itulah, Dudi dan Kuming yang berada di jauh dari rumah akan langsung menghajar Yatim.
"Rencana kita akan berhasil," ujar Dudi,
"Siapkan pentungan yang cukup panjang untuk memukul anak mujur itu!"
"Ya, lihatlah munaroh sudah masuk kamar!"
Pada saat itu, Yatim memang sudah masuk ke rumah Munaroh. Tadinya, Yatim mau langsung masuk ke atap, tetapi Munaroh mencegahnya.
"Duduk dulu ka Yatim, biar aku buatkan kopi," ujar Munaroh seraya masuk.
Yatim duduk di ruang tamu. Memang agak lama ia menunggu, Munaroh belum juga keluar.
"Munaroh, lama bener kamu!" kata Yatim.
Tidak di sangka-sangka, datanglah Maesaroh dan Mak Yatim kerunah itu."
"Mana Munaroh?" tanya Mak Yatim.
"Katanya mau membuat kopi," jawab Yatim,
"tetapi ia tidak muncul-muncul."
"Kita tunggu saja" ujar Maesaroh.
Sebenarnya Munaroh sedang berada di dalam kamarnya sambil menangis. Sebenarnya ia tidak tega kalo harus menjerumuskan Yatim kedalam fitnahnya. Akan tetapi, akhirnya ia membuat pakaiannya acak-acakan dan langsung keluar sambil berteriak-teriak.
"Tolong, tolooong Yatim mau berbuat jahat padaku....,"
teriak Munaroh sambik berkari menuju ruang tamu.
"Ada apa ini?" tanya Mak Yatim.
"Aku...aku...," kata Munaroh gugup.
Ketika itulah dari halaman rumah muncul Dudi dan Kuming yang siap dengan petualangannya.
"Siapa yang mau berbuat jahat?" tanya Dudi.
Yatim yang kemudian melihat kedua pemuda itu langsung menduga bahwa ajakan Munaroh ke rumahnya untuk membetulkan genting adalah siasat dia saja.
"Munaroh, tidak ku duga kau bekerja sama untuk memfitnahku. Untunglah Allah masih sayang kepadaku sehingga mengirim Emakku dan Istriku kemari!"
Dalam keadaan panik, justru Munaroh berbalik menuduh Dudi dan Kuming.
"Dudi...Dudi mau berbuat jahat padaku...tolong...," teriak munaroh sambil berlari ke luar.
Orang-orang yang mendengar teriakan minta tolong itu segera keluar, sambil membawa bermacam-macam senjata.
"Mana orang yang mau berbuat jahat?" tanya orang-orang.
"Itu, Pak," sahut Munaroh sambil menunjuk Dudi dan Kuming.
"Tangkap Dudi dan Kuming!" teriak orang-orang itu.
Melihat orang-orang justru berbalik menyerangnya, kedua pemuda itu benar-benar panik. Tanpa berpikir panjang lagi, kedua anak muda itu lansung mengambil langkah seribu.
Orang-orang kampung itu pun berkumpul melihat keadaan Munaroh. Di depan orang-orang itu, Munaroh berterus terang tenteng apa yang sebenarnya terjadi.
"O, jadi dalang semua ini adalah si Marwan?" tanya seorang penduduk.
"Benar, ia mengancam akan berbuat jahat kepada keluarga kami kalo keinginannya tidak di penuhi," jawab Munaroh.
"Kalau begitu, kita akan segera lapor kepada ketua kampung untuk segera menangkap Marwan dan kedua kaki tangannya itu," kata seorang penduduk kampung.
Semua orang yang hadir di tempat itu setuju.
Melihat kejadian itu, Yatim, istrinya, dan Emak Yatim tersenyum lega.
"Untunglah kalian cepet datang kemari." kata Yatim.
"Ya, kebetulan Ayah mencari Kak Yatim,"
sahut Maesaroh.
"Mak ngeri membayangkan tindakan penduduk terhadapmu, Yatim, kalo mereka termakan fitnah Marwan," ujar Mak Yatim.
"Istriku, marilah kita menemui Ayah," kata Yatim.
"Mari Kak Yatim."
Sebelum pergi, Munaroh masih sempat meminta maaf kepada Yatim, dan Yatim pun memaafkannya dengan senang hati.
Sumber: Si Yatim Menjadi Lebai, dengan perubahan.
Bagaimana dengan cerita di atas? Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita dan kita ambil dari sisi baiknya.
Komentar